Implementasi Teknologi Fog Computing di Dunia Militer

Jaringan telekomunikasi apabila di-analogikan bagai jalan (raya) untuk mobil Ferrari. Tanpa adanya jalan yang baik, mobil Ferrari yang mewah dan penuh dengan fitur yang mentereng menjadi sia – sia.

Saat ini dalam dunia kemiliteran, tentara diperlengkapi dengan begitu banyaknya alat bantu digital. Namun dalam kondisi riil, alat – alat bantu ini nyaris tidak berguna karena kualitas jaringan komunikasi data yang buruk. Hal ini yang menjadi latar belakang Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk merancang suatu teknologi tingkat lanjut. Supaya proses analisa data – data militer dapat berjalan dengan lebih sempurna, maka proses komputasi dan komunikasi data harus dibawa lebih dekat dengan medan.

Pada tanggal 16 Januari 2019, Army Research Lab memberikan kontrak sebesar 1 juta dollar kepada Technica Corporation, untuk membangun suatu sistem yang mampu mengumpulkan data dari perangkat / device dalam jumlah besar pada saat digunakan di medan perang. Sistem ini nantinya akan memampukan tentara untuk mengolah data – data yang dibutuhkan tanpa bergantung pada sumber daya / kondisi tertentu (contoh: listrik). Platform yang berbasiskan pada fog computing ini, mampu menyediakan tool machine-learning saat itu juga dan tanpa membutuhkan akses ke jaringan data tertentu

Pentagon sendiri telah cukup banyak menanamkan investasi pada teknologi berbasiskan cloud computing / komputasi awan; namun seperti dibahas pada awal artikel ini, teknologi berbasiskan cloud kurang ideal untuk operasi di medan perang, seperti dikatakan oleh Brendon Unland, senior technology architect Technica kepada Nextgov.

Dalam situasi dimana jaringan komunikasi data tidak tersedia, alat bantu untuk analisa data berbasiskan cloud computing menjadi tidak berguna, karena tidak bisa diakses, ditambahkan oleh Brendon Unland.
Bahkan apabila para tentara di medan perang ini dapat mengakses platform analitik di cloud, jaringan komunikasi data yang digunakan sering kali juga tidak memiliki bandwith minimum untuk mentransmisikan aliran data yang begitu masif nya dari kendaraan perang, sensor dan alat – alat yang terkoneksi ke internet lainnya.

“Saat kamu memiliki begitu banyak device (yang terkoneksi ke internet)… data – data yang dihasilkan dari device ini tidak mungkin bisa dikirimkan ke cloud (karena jumlahnya yang masif)” dikatakan oleh Unland.
“Dan kami bisa perkirakan, pada tahun 2030 atau 2040, sensor – sensor yang akan digunakan pada medan perang akan menjadi begitu banyaknya, sehingga dengan teknologi yang ada pada saat ini, menjadi tidak berguna.

Platform yang dirancang oleh Technica, mampu bertindak sebagai media di tengah antara device dan cloud. Memberikan akses ke pemrosesan dan penyimpanan data kepada para tentara yang sedang di medan perang.
Lalu bagaimana cara kerja dari platform ini sendiri?
Platform Technica ditenagai oleh node – node / titik komputasi yang ada pada kendaraan militer dan pada ransel yang dibawa oleh tentara. Node – node ini nantinya akan membentuk suatu sistem yang dinamakan SmartFog. Dengan menggunakan sistem SmartFog inilah nantinya tentara mampu menganalisa aliran data – data militer secara real-time

SmartFog mampu memberikan data – data berbasiskan kecerdasan buatan / artificial intelligence bahkan pada saat konektivitas ke cloud tidak tersedia, dikatakan oleh Doug Sickler, vice president Technica

Cloud computing memampukan agensi dan industri untuk membuat suatu alat bantu berbasiskan kecerdasan buatan, tetapi pada lingkungan dimana akses untuk komunikasi data begitu terbatas, pemrosesan data – data militer yang dibutuhkan akan memakan waktu yang lama (dan menjadi tidak berguna).
Platform SmartFog memang tidak selengkap dan powerful seperti platform berbasiskan cloud computing, tetapi platform ini mampu memberikan data – data secara cepat kepada tentara, misalnya data – data kondisi / lingkungan di sekitar tentara, dll

Tertera pada kontrak tersebut, Technica akan membangun suatu sistem algoritma berbasiskan kecerdasan buatan / AI yang dinamis, mampu ber-adaptasi dengan lingkungan. Algoritma ini dapat dilatih untuk mengumpulkan data – data yang akan digunakan untuk keperluan militer, seperti mendeteksi apabila terjadi masalah pada kendaraan militer / perang, serangan pada jaringan atau anomali lainnya, seperti dikatakan oleh Unland

Nantinya dengan alat bantu kecerdasan buatan, data – data ini dapat dilatih melalui masing – masing unit jaringan fog. Lebih dari itu nantinya unit – unit individu ini dapat mengambil data dari unit – unit lain untuk dilakukan pemrosesan data melalui algoritma tertentu. Proses ini dinamakan federated learning, proses ini sepenuhnya independen, tanpa perlu konektivitas ke cloud.

Pada akhir kontrak (berdurasi 3 tahun), tim dari Technica akan mengintegrasikan tool machine learning lainnya yang telah dikembangkan oleh Pentagon ke sistem SmartFog.

“Area yang sangat menarik buat kami adalah, bagaimana kami dapat membawa AI ke sisi yang lebih taktis”, dikatakan oleh Unland.
“Kami ingin membawa deep learning dan AI ke genggaman para tentara”



Sumber:
How the Pentagon is Bringing the Cloud Down to Earth

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *