Tantangan Kelangkaan Respirator Dan Ventilator Dalam Perang Melawan Penyebaran Virus Corona

Masih mengenai perang melawan penyebaran virus Corona.
Cepatnya penyebaran virus Corona ke hampir seluruh negara di dunia, menjadikan kelangkaan peralatan medis suatu masalah yang besar. Salah satu kebutuhan yang paling mendesak saat ini adalah alat pelindung pernapasan (respirator) dan alat bantu pernapasan (ventilator). Di seluruh dunia, perusahaan – perusahaan teknologi terkemuka saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan sumber daya yang dibutuhkan untuk inovasi, dalam perang melawan penyebaran virus Corona. Namun, ada beberapa masalah medis dan non-medis yang dapat menghambat kecepatan inovasi yang sangat dibutuhkan ini.

Di Israel, sebuah tim yang khusus dibentuk oleh DDR&D dari Kementerian Pertahanan Israel, mencoba mengembangkan respirator dan ventilator, di luar dari teknologi lain yang sedang dikembangkan, yang juga ditujukan untuk memerangi penyebaran virus Corona.

Direktorat intelijen militer unit 81 telah memulai proyek yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan Israel, termasuk di dalamnya adalah adaptasi dari (penggunaan) BiPAP, sebuah alat bantu pernapasan / ventilator yang dapat digunakan di rumah, oleh pasien yang terinfeksi virus Corona. Proyek ini masih dalam tahap prototipe, seperti diungkapkan oleh idf.il.

Unit 81 juga mulai memproduksi masker pelindung yang dapat digunakan oleh staff medis. Selain itu dikembangkan juga ambulan khusus yang telah dipersiapkan untuk melindungi pengemudi dan tim di dalam ambulan dari kemungkinkan terinfeksi virus Corona. Perlengkapan perlindungan khusus yang dikembangkan, meliputi bagian dalam mobil ambulan sampai ke proteksi sistem pendingin udara, yaitu dengan dipisahkannya pendingin udara untuk pengemudi dan pasien yang sedang dibawa.
Dikembangkan juga suatu aplikasi sistem informasi yang lebih efisien untuk test lab Corona.

Inovytec, perusahaan penyedia alat pelindung pernapasan asal Israel, akan menyediakan 1000 respirator kepada Kementerian Pertahanan Israel, sebagai bagian dari proses pengadaan peralatan & perlengkapan (medis) darurat. Inovytec mengatakan kepada calcalist.co.il bahwa mereka sedang bersiap untuk dapat memproduksi respirator 100% di Israel, hal ini dilakukan untuk menghindari masalah pengiriman karena kelangkaan komponen pendukung, akibat ditutupnya akses dari dan menuju Israel.

printer 3D untuk mencetak respirator
printer 3D untuk mencetak respirator

Salah satu dari teknologi terkini yang dapat dimanfaatkan untuk perang melawan penyebaran virus Corona adalah teknologi cetak 3D, yang memungkinkan pembuatan peralatan dan perlengkapan medis dengan lebih cepat. Printer 3D ini sangat ideal untuk digunakan dalam keadaan yang genting karena sifatnya yang cepat, murah dan dapat dioperasikan secara pribadi / rumahan.

Di Italia, para tim teknis dari perusahaan rintisan Isinnova mencoba menjawab permohonan bantuan dari rumah sakit di Chiari, yang terletak di Brescia, yaitu area utara dari Italia, dimana pandemi virus Corona merusak dengan sangat parah. Rumah sakit sangat membutuhkan valve / katup yang akan digunakan pada alat pelindung pernapasan, yang akan digunakan oleh pasien rumah sakit yang sangat membutuhkan oksigen untuk tetap dapat bertahan hidup. Founder sekaligus CEO Isinnova, Christian Fracassi, segera melakukan eksperimen dengan para ahli dan teknisi yang mereka miliki untuk mendesain ulang beberapa bagian, yang akan dicetak dengan menggunakan printer 3D. Salah satu bagian yang akan dicetak adalah katup venturi, yaitu bagian yang akan menghubungkan masker yang dikenakan oleh pasien untuk mengirimkan oksigen dengan konsentrasi tinggi. Katup ini harus diganti tiap kali selesai digunakan oleh pasien.

Hanya membutuhkan waktu beberapa hari, Fracassi telah berhasil mengembangkan prototipenya dan saat rumah sakit mengkonfirmasi bahwa katup yang dicetak dapat digunakan, mereka langsung mencetak ulang sebanyak 100 katup. Rumah sakit mengatakan bahwa katup yang diproduksi dapat digunakan dengan sangat baik, seperti dikatakan kepada forbes.com.

Namun, tetap saja ada beberapa masalah yang harus dihadapi. Di Italia, dikatakan oleh Fracassi, hukum yang mengatur masalah kedaruratan memperbolehkan mereka memproduksi peralatan medis tersebut, tetapi masalah legal dan medis telah menanti mereka; oleh karenanya Fracassi berhenti mendistribusikan file desain dalam bentuk digital dari peralatan yang mereka produksi. Cukup ironis mengingat permintaan untuk pembuatan / pencetakan katup ini terus mengalir.

Selain masalah legal, yang membuat proses pembuatan katup ini menjadi kompleks karena masing – masing rumah sakit menggunakan jenis dan tipe respirator yang berbeda; jenis dan tipe respirator yang berbeda ini memiliki spesifikasi teknis yang sedikit berbeda satu sama lain, dan membutuhkan katup yang berbeda juga.

Tesla dan SpaceX dikabarkan juga telah mengembangkan alat bantu napas. Elon Musk dalam sebuah cuitannya mengungkapkan hal tersebut, sebagai jabawan dari permintaan langsung dari walikota New York City Bill De Blasio, yang memohon bantuan dalam menghadapi masalah kelangkaan peralatan dan perlengkapan medis dari rumah sakit yang ada di New York dalam perang melawan penyebaran virus Corona atau Covid-19.

Elon Musk tidak secara detail memberitahu berapa besar kapasitas produksi mereka dan berapa lama waktu yang mereka butuhkan. Dalam tiap proses produksi, orang yang memiliki sertifikasi medis harus melakukan pendampingan dan perangkat keras yang digunakan dalam setting / konfigurasi klinis harus telah mendapatkan approval dari FDA. Hal – hal non-teknis seperti ini berpotensi memperlambat proses produksi.

Perusahaan otomotif lainnya seperti GM, Volkswagen dan Ford juga melaporkan telah berkomunikasi dengan Gedung Putih atau pihak yang terkait. Volkswagen mengatakan bahwa mereka telah membentuk gugus tugas khusus yang bertanggungjawab terkait penggunaan printer 3D untuk membuat ventilator, yang akan didistribusikan ke rumah sakit – rumah sakit yang ada di Amerika.


Sumber:
Respirator Challenge – Advanced Technology Organizations Offering Solutions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *